(Ngadidjo Stinger)
Kami bertanya-tanya
Tapi kami bukan mengeluh
Kami bermimpi
Sungguh itu bukan khayalan
Kami memimpikan
Ternyata itulah pengharapan
Mimpi selalu tak mengalah
Ia membersitkan tanya tak terjawab
Ketika telah datang masanya
Kami mengerti ketika mereka tak pernah memahami
Tentang sebuah mimpi, yang menginjak naluri kami
Mimpi adalah, melaju kencang dengan cahaya,
menembus dimensi ruang dan waktu
Mimpi adalah dinding beton berdiri sombong,
dan kau runtuhkan dengan telunjukmu
Dengan jiwa putih hampir tak bernoda,
yang menaungi tubuh sucimu
Mimpi kami tak menggenggam suratan
Ia berdendang dalam getaran irama sumbang, terkadang
Mimpi ini jalinan erat dalam lingkaran mengikat
Ia tiada retas, tiada pula terlepas
Mimpi ini bergulir kencang,
Ia adalah bebatuan yang runtuh menggelinding dengan satu tujuan
Ia adalah udara, hinggap dan menerpa air yang mengalir,
hingga kian deras,
menantang bebatuan kali yang sungguh cadas
Ia juga api,
Menyala penuh amarah,
segera, tak akan kesejukkan menerjang lagi,
kerna ia menjilati tubuh rentamu penuh gairah
Ketika mimpi itu masih berkobar tanpa jengah,
jangan sekali-kali kau menikamnya,
Jangan pernah!!!
Kabut Sunyi, 11 Januari 2013
Kami bertanya-tanya
Tapi kami bukan mengeluh
Kami bermimpi
Sungguh itu bukan khayalan
Kami memimpikan
Ternyata itulah pengharapan
Mimpi selalu tak mengalah
Ia membersitkan tanya tak terjawab
Ketika telah datang masanya
Kami mengerti ketika mereka tak pernah memahami
Tentang sebuah mimpi, yang menginjak naluri kami
Mimpi adalah, melaju kencang dengan cahaya,
menembus dimensi ruang dan waktu
Mimpi adalah dinding beton berdiri sombong,
dan kau runtuhkan dengan telunjukmu
Dengan jiwa putih hampir tak bernoda,
yang menaungi tubuh sucimu
Mimpi kami tak menggenggam suratan
Ia berdendang dalam getaran irama sumbang, terkadang
Mimpi ini jalinan erat dalam lingkaran mengikat
Ia tiada retas, tiada pula terlepas
Mimpi ini bergulir kencang,
Ia adalah bebatuan yang runtuh menggelinding dengan satu tujuan
Ia adalah udara, hinggap dan menerpa air yang mengalir,
hingga kian deras,
menantang bebatuan kali yang sungguh cadas
Ia juga api,
Menyala penuh amarah,
segera, tak akan kesejukkan menerjang lagi,
kerna ia menjilati tubuh rentamu penuh gairah
Ketika mimpi itu masih berkobar tanpa jengah,
jangan sekali-kali kau menikamnya,
Jangan pernah!!!
Kabut Sunyi, 11 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar